Sabtu, 19 Juni 2010
Kabupaten Wonogiri
Wonogiri, (bahasa Jawa: wanagiri, secara harfiah "Hutan di Gunung"), adalah sebuah daerah kabupaten di Jawa Tengah. Secara geografis lokasi Wonogiri berada di bagian tenggara Provinsi Jawa Tengah. Bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo, bagian selatan langsung di bibir Pantai Selatan, bagian barat berbatasan dengan Wonosari di provinsi Yogyakarta, Bagian timur berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur, yaitu Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Pacitan. Ibu kotanya terletak di Wonogiri Kota. Luas kabupaten ini 1.822,37 km² dengan populasi 1,5 juta jiwa.
Sejarah
Sejarah berdirinya Kabupaten Wonogiri dimulai dari embrio "kerajaan kecil" di bumi Nglaroh Desa Pule Kecamatan Selogiri. Di daerah inilah dimulainya penyusunan bentuk organisasi pemerintahan yang masih sangat terbatas dan sangat sederhana, dan dikemudian hari menjadi simbol semangat pemersatu perjuangan rakyat. Inisiatif untuk menjadikan Wonogiri (Nglaroh) sebagai basis perjuangan Raden Mas Said, adalah dari rakyat Wonogiri sendiri ( Wiradiwangsa) yang kemudian didukung oleh penduduk Wonogiri pada saat itu.
Mulai saat itulah Ngalroh (Wonogiri) menjadi daerah yang sangat penting, yang melahirkan peristiwa-peristiwa bersejarah di kemudian hari. Tepatnya pada hari Rabu Kliwon tanggal 3 Rabi'ul awal (Mulud) Tahun Jumakir, Windu Senggoro: Angrasa retu ngoyang jagad atau 1666, dan apabila mengikuti perhitungan masehi maka menjadi hari Rabu Kliwon tanggal 19 Mei 1741 ( Kahutaman Sumbering Giri Linuwih), Ngalaroh telah menjadi kerajaan kecil yang dikuatkan dengan dibentuknya kepala punggawa dan patih sebagai perlengkapan (institusi pemerintah) suatu kerajaan walaupun masih sangat sederhana. Masyarakat Wonogiri dengan pimpinan Raden Mas Said selama penjajajahan Belanda telah pula menunjukkan reaksinya menentang kolonial.
Jerih payah pengeran Samber Nyawa ( Raden Mas Said ) ini berakhir dengan hasil sukses terbukti beliau dapat menjadi Adipati di Mangkunegaran dan Bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya ( KGPAA) Mangkunegoro I. Peristiwa tersebut diteladani hingga sekarang karena berkat sikap dan sifat kahutaman ( keberanian dan keluhuran budi ) perjuangan pemimpin, pemuka masyarakat yang selalu didukung semangat kerja sama seluruh rakyat di Wilayah Kabupaten Wonogiri.
Pariwisata
Di Kabupaten Wonogiri terdapat banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi. Baik wisata spiritual, petualangan, wisata alam dan lain sebagainya. Di antaranya obyek wisata Waduk Gajah Mungkur, wisata ganthole.
Terdapat sebuah situs bersejarah bernama "Kahyangan" di dusun Dlepih, Tirtomoyo, yang jaraknya kurang lebih 47 km dari ibu kota kabupaten Wonogiri.
Dari Kota Wonogiri, pengunjung bisa naik bus dari terminal bus giriwono dan naik minibus dari dekat ponten (dekat Kantor Badan Pertanahan), jurusan Tirtomoyo. Dari Tirtomoyo, bisa naik angdes jurusan Kahyangan atau Sukarjo. Sampai sekarang belum ada angdes yang bisa masuk sampai Kahyangan, sehingga harus dilanjutkan jalan kaki sekitar 1 Km. Pengunjung berkendaraan bisa langsung sampai ke tempat parkir Kahyangan.
Sebetulnya desa Taman dulunya merupakan sentra batik tulis, yang produknya banyak disetorkan ke Solo, untuk diproses lanjut. Banyak warga desa yang bergerak di bidang yang berhubungan dengan batik, baik sebagai pembatik, pembuat patron, pemasok kain mori. Akan tetapi, seiring dengan diperkenalkannya teknik pembuatan genting press, yang hasilnya cepat diperoleh, maka semakin lama industri batik semakin tergeser.
Sesampai di Kahyangan, pengunjung akan mendapati goa yang terletak di atas kedung. Konon, tempat itu sebagai tempat bersemedinya Danang Suto Wijoyo, atau yang dikenal dengan Panembahan Senopati, raja pertama kerajaan Mataram Islam. Selain itu, terdapat pula air terjun, dan puncak Kahyangan yang konon merupakan tempat di mana Sutowijoyo menemuai Kanjeng Ratu Kidul, sehingga bagi yang percaya tahyul, dilarang memakai baju yang berwarna hijau.
Tempat itu sangat ramai di malam menjelang pergantian tahun Jawa (bulan Suro). Banyak pendatang dari luar daerah, terutama dari daerah Yogyakarta, untuk bertirakatan di sana. Di hari-hari biasa, terutama malam Jumat Kliwon, biasanya banyak dikunjungi orang-orang dari luar daerah, yang mengadakan syukuran atas keberhasilan yang telah dicapai di tempat perantaunnya, dengan mengundang warga sekitar.
Tempat Wisata Lain:
Obyek Wisata Sendang
Girimanik
Pantai Sembukan
Pantai Nampu
Musium Wayang Kulit
Cagar Alam Danalaya
Gua Ngantap
Sendang Siwani
Gua Putri Kencono
Gua Musium karst
Jala karamba
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Wonogiri
Sumber Gambar:
(Peta Wonogiri)
http://abjateng.net46.net/peta.php?k=wonogiri
(Peta Jawa Tengah)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbFCvW7C_LNecQcfRLTPqereErz4T4TCuqtoqRmBJa4Q0Q1LTQo4bqi5U5j7IyRQr_wkD6N6FJQan75SRO8ae7P2nPV8QS7LFcC6prpYUdYnj1ZiTOHnVP0vtRYvZ0uRPbFUS4Mr3QHcU/s1600/jawa+tengah.png
http://bismania.org/buletin/berita-pengumuman-kegiatan/tour-de-wonogiri/
http://wonogirinews24.blogspot.com/2008/02/iklan-rokok-mengepung-kota-wonogiri.html
http://nurypuspa.files.wordpress.com/2009/11/2007072509480903_gajahmungkur-161.jpg
Jumat, 18 Juni 2010
Belajar Membangun dari Wonogiri
MINGGU lalu lalu Kabupalen Wonogiri menggelar sambutan berbudaya atas kunjungan Menko Kesra Agung Laksono dengan cara yang menarik.
Pada jajaran pertama Menko yang lama menjabat sebagai Ketua DPR RI itu disuguhi ucapan selamat datang oleh rombongan Reyok Ponorogo, yang konon Ketua Paguyubannya dipercayakan kepada Bupati Wonogiri, H Begug Purnomosidi.
Setelah Itu Menko yang didampingi oleh isteri, Deputi Menko dan staf itu diajak melihat kiprah rakyat Wonogiri berupa produk-produk koperasi primer yang jumlahnya telah mencapai hampir 7000 kelompok, atau praktis secara hukum telah ada di setiap RT di Wonogiri.
Produk-produk yang menarik itu digarap oleh sumber daya manusia dari Wonogiri yang terkenal kreatif dan menyebar di kota-kota besar seperti Jakarta dan kota lainnya di Indonesia. Mereka juga menjadi tenaga kerjayang bermutu di manca negara.
Penduduk Wonogiri konon hanya boleh bekerja di luar negeri kalau mengantongi sertifikat pelatihan ketrampilan yang dikeluarkan oleh Dinas atau Instansi yang berwewenang.
Karena itu Bupati dengan penuh kebanggaan menyebutkan bahwa TKI dari Wonogiri pada umumnya mendapat perlakuan yang baik karena datang dengan keahlian ya.ng dibutuhkan oleh pasar nasional maupun internasional.
Pencapaian Bupati tersebut bukan seluruhnya barang baru. Tetapi setiap Bupati sanggup menganggap pendahulunya pantas diteladani dan diteruskan upayanya.
Sepuluh limabelas tahun lalu, pada waktu tenaga kerja Wonogiri makin marak dan bekerja sebagai pengusaha jamu atau kerja lainnya di Jakarta, penduduk Wonogiri bersedia
berkenalan dengan sistem pulang ber-
s.iin.i
BKKBN bekerja sama dengan Bank BRI mengeluarkan Cek Perjalanan yang dijual di stasiun kereta api atau bus kepada penduduk yang pulang kampung. Cek Perjalanan tersebut, dengan kerjasama pemerintah setempat, bisa diuangkan pada Bank, atau langsung dibelanjakan pada toko-toko yang ikut serta dalam program ini.
Pada waktu itu penggunaan kartu kredit belum marak seperti sekarang, tetapi penduduk Wonogiri telah berani melakukan langkah-langkah modern dalam mengamankan keuangannya melalui sistem giral.
Praktek itu sekarang bertambah maju karena penggunaan bank untuk mengirim remitan dari luar negeri atau penggunaan kartu kredit bagi penduduk yang mempunyai tabungan. Karena kegiatan warga yang tinggi, desa-desa di Wonogiri disulap berwajah kota dengan rumah dan perabotan modern yang tidak kalah dibanding rumah penduduk kota.
Seperti juga ciri penduduk modern, penduduk Wonogiri mempunyai mobilitas yang sangat tinggi. Setiap hari puluhan bahkan ratusan mobil dan bus berangkat dan dalang di Wonogiri. Bus-bus ftu membawa orang atau anggota keluarga Wonogiri, dan Juga dagangan yang sudah diolah di Wonogiri.
Kota Wonogiri yang sederhana di masa lalu, sekarang berubah seakan kota metropolitan dengan satu pengecualian yang membesarkan hati
rakyat.
Di Wonogiri tidak ada Mall-mall besar karena pemerintah Kabupaten tidak ingin rakyat yang bekerja keras dan berdagang dengan cara tradisional yang akrab kehilangan budaya kebersamaan, budaya tawar menawar, budaya saling membantu dan memberikan korting karena hasil negosiasi yang akrab dan penuh kekeluargan. Wonogiri bertahan dari godaan global berupa pasar modern Mall yang tidak mengetengahkan hubungan antar manusia dari si penjual dan si pembeli.
Sambutan awal untuk Menko Kesra berupa tarian Rcyok disusul tarian Bedoyo sakral yang dilarikan hanya oleh anak-anak gadis yang masih suci yang dengan lembut mempesona sebagai bukti bahwa masyarakat Wonogiri bisa perkasa seperti macan, tetapi juga bisa lembut penuh senyum, gemulai. bersuara merdu dan sejuk.
Dari kombinasi budaya masyarakat yang ditunjukkan hari itu bisa dibaca tuntunan yang tersirat yaitu adanya kesanggupan untuk bergerak dengan semangat pembangunan yang dinamik, dilandasi kebersamaan untuk maju, lembut berbudaya, atau kalau menghadapi tantangan, siap dan mampu mengusir lawan dengan taruhan jiwa dan kekuatan macan yang tidak ada tandingannya.
Kekuatan rangkap tersebut ditunjukkan oleh Bupati dengan program industri pertanian, jamu, peternakan dan kerajinan yang memberi kesempatan kepada setiap warga masyarakatnya untuk sejauh mungkin mengembangkan dinamika melalui usaha yang prosesnya dilakukan di Wonogiri agar nilai tambah dinikmati oleh masyarakat Wonogiri dengan penuh.
Kalau di masa lalu misalnya, sapi dikirim beratus ratus ke Jakarta dan kota besar lainnya, maka pembuatan
makanan dari daging sapi sekarang dikerjakan di Wonogiri.
Bakso untuk masyarakat kota misalnya, tidak lagi diolah di Jakarta atau Semarang, atau Surabaya, tetapi diolah dan dikirim hampir siap saji dari kampung yang bersih dan rakyatnya mahir menghasilkan makanan lezat yang siap dinikmati oleh masyarakat kota dengan lahap.
Kemampuan olah mengolah, kebersihan dan kesehatan itu dibuktikan bahwa Wonogiri masih termasuk penghasil Jamu tradisionil yang sangat terkenal.
Pabrik jamu Air Mancur yang sangat besar tetap bertahan di Wonogiri. Di luar pabrik tidak sedikit orang Wonogiri, juga Sukaharjo yang berdekatan dengan Wonogiri, menghasilkan jamu tradisional yang masih banyak digemari rakyat di seluruh Indonesia bahkan sampai manca negara.
Disamping itu Wonogiri sangat terkenal usahanya memelihara budaya peninggalan nenek moyang. Ketua Perkumpulan Reyok Ponorogo bukan dipegang oleh orang dari Ponorogo, tetapi dipercayakan kepada Bupati Wonogiri H Begug Purnomosidi yang dengan berani merangkul para penggemar Reyog dari manca negara untuk menghormati budaya bangsa tersebut.
Kesenian wayang kulit dikembangkan dengan sangat intens sehingga di kabupaten banyak kita dapati Sertifikat Juara Muri yang dihasilkan oleh kesenian dan kelanggengan budaya bangsa tersebut.
Melihat pencapaian itu kita pantas belajar dari Wonogiri. Kita perlu menyebar luaskan keberhasilan rakyat membangun tersebut ke seluruh pelosok tanah air. dan Wonogiri tetap harus tegar melanjutkan pembangunan berlandaskan semangat dan budaya bangsa
yang luhur itu. (Penulis adalah. Ketua Yayasan Daman diri, www.haryono.com)
Sumber :
Haryono Suyono, Harian Pelita 8 Februari 2010, dalam :
http://bataviase.co.id/node/87852
19 Juni 2010
Pada jajaran pertama Menko yang lama menjabat sebagai Ketua DPR RI itu disuguhi ucapan selamat datang oleh rombongan Reyok Ponorogo, yang konon Ketua Paguyubannya dipercayakan kepada Bupati Wonogiri, H Begug Purnomosidi.
Setelah Itu Menko yang didampingi oleh isteri, Deputi Menko dan staf itu diajak melihat kiprah rakyat Wonogiri berupa produk-produk koperasi primer yang jumlahnya telah mencapai hampir 7000 kelompok, atau praktis secara hukum telah ada di setiap RT di Wonogiri.
Produk-produk yang menarik itu digarap oleh sumber daya manusia dari Wonogiri yang terkenal kreatif dan menyebar di kota-kota besar seperti Jakarta dan kota lainnya di Indonesia. Mereka juga menjadi tenaga kerjayang bermutu di manca negara.
Penduduk Wonogiri konon hanya boleh bekerja di luar negeri kalau mengantongi sertifikat pelatihan ketrampilan yang dikeluarkan oleh Dinas atau Instansi yang berwewenang.
Karena itu Bupati dengan penuh kebanggaan menyebutkan bahwa TKI dari Wonogiri pada umumnya mendapat perlakuan yang baik karena datang dengan keahlian ya.ng dibutuhkan oleh pasar nasional maupun internasional.
Pencapaian Bupati tersebut bukan seluruhnya barang baru. Tetapi setiap Bupati sanggup menganggap pendahulunya pantas diteladani dan diteruskan upayanya.
Sepuluh limabelas tahun lalu, pada waktu tenaga kerja Wonogiri makin marak dan bekerja sebagai pengusaha jamu atau kerja lainnya di Jakarta, penduduk Wonogiri bersedia
berkenalan dengan sistem pulang ber-
s.iin.i
BKKBN bekerja sama dengan Bank BRI mengeluarkan Cek Perjalanan yang dijual di stasiun kereta api atau bus kepada penduduk yang pulang kampung. Cek Perjalanan tersebut, dengan kerjasama pemerintah setempat, bisa diuangkan pada Bank, atau langsung dibelanjakan pada toko-toko yang ikut serta dalam program ini.
Pada waktu itu penggunaan kartu kredit belum marak seperti sekarang, tetapi penduduk Wonogiri telah berani melakukan langkah-langkah modern dalam mengamankan keuangannya melalui sistem giral.
Praktek itu sekarang bertambah maju karena penggunaan bank untuk mengirim remitan dari luar negeri atau penggunaan kartu kredit bagi penduduk yang mempunyai tabungan. Karena kegiatan warga yang tinggi, desa-desa di Wonogiri disulap berwajah kota dengan rumah dan perabotan modern yang tidak kalah dibanding rumah penduduk kota.
Seperti juga ciri penduduk modern, penduduk Wonogiri mempunyai mobilitas yang sangat tinggi. Setiap hari puluhan bahkan ratusan mobil dan bus berangkat dan dalang di Wonogiri. Bus-bus ftu membawa orang atau anggota keluarga Wonogiri, dan Juga dagangan yang sudah diolah di Wonogiri.
Kota Wonogiri yang sederhana di masa lalu, sekarang berubah seakan kota metropolitan dengan satu pengecualian yang membesarkan hati
rakyat.
Di Wonogiri tidak ada Mall-mall besar karena pemerintah Kabupaten tidak ingin rakyat yang bekerja keras dan berdagang dengan cara tradisional yang akrab kehilangan budaya kebersamaan, budaya tawar menawar, budaya saling membantu dan memberikan korting karena hasil negosiasi yang akrab dan penuh kekeluargan. Wonogiri bertahan dari godaan global berupa pasar modern Mall yang tidak mengetengahkan hubungan antar manusia dari si penjual dan si pembeli.
Sambutan awal untuk Menko Kesra berupa tarian Rcyok disusul tarian Bedoyo sakral yang dilarikan hanya oleh anak-anak gadis yang masih suci yang dengan lembut mempesona sebagai bukti bahwa masyarakat Wonogiri bisa perkasa seperti macan, tetapi juga bisa lembut penuh senyum, gemulai. bersuara merdu dan sejuk.
Dari kombinasi budaya masyarakat yang ditunjukkan hari itu bisa dibaca tuntunan yang tersirat yaitu adanya kesanggupan untuk bergerak dengan semangat pembangunan yang dinamik, dilandasi kebersamaan untuk maju, lembut berbudaya, atau kalau menghadapi tantangan, siap dan mampu mengusir lawan dengan taruhan jiwa dan kekuatan macan yang tidak ada tandingannya.
Kekuatan rangkap tersebut ditunjukkan oleh Bupati dengan program industri pertanian, jamu, peternakan dan kerajinan yang memberi kesempatan kepada setiap warga masyarakatnya untuk sejauh mungkin mengembangkan dinamika melalui usaha yang prosesnya dilakukan di Wonogiri agar nilai tambah dinikmati oleh masyarakat Wonogiri dengan penuh.
Kalau di masa lalu misalnya, sapi dikirim beratus ratus ke Jakarta dan kota besar lainnya, maka pembuatan
makanan dari daging sapi sekarang dikerjakan di Wonogiri.
Bakso untuk masyarakat kota misalnya, tidak lagi diolah di Jakarta atau Semarang, atau Surabaya, tetapi diolah dan dikirim hampir siap saji dari kampung yang bersih dan rakyatnya mahir menghasilkan makanan lezat yang siap dinikmati oleh masyarakat kota dengan lahap.
Kemampuan olah mengolah, kebersihan dan kesehatan itu dibuktikan bahwa Wonogiri masih termasuk penghasil Jamu tradisionil yang sangat terkenal.
Pabrik jamu Air Mancur yang sangat besar tetap bertahan di Wonogiri. Di luar pabrik tidak sedikit orang Wonogiri, juga Sukaharjo yang berdekatan dengan Wonogiri, menghasilkan jamu tradisional yang masih banyak digemari rakyat di seluruh Indonesia bahkan sampai manca negara.
Disamping itu Wonogiri sangat terkenal usahanya memelihara budaya peninggalan nenek moyang. Ketua Perkumpulan Reyok Ponorogo bukan dipegang oleh orang dari Ponorogo, tetapi dipercayakan kepada Bupati Wonogiri H Begug Purnomosidi yang dengan berani merangkul para penggemar Reyog dari manca negara untuk menghormati budaya bangsa tersebut.
Kesenian wayang kulit dikembangkan dengan sangat intens sehingga di kabupaten banyak kita dapati Sertifikat Juara Muri yang dihasilkan oleh kesenian dan kelanggengan budaya bangsa tersebut.
Melihat pencapaian itu kita pantas belajar dari Wonogiri. Kita perlu menyebar luaskan keberhasilan rakyat membangun tersebut ke seluruh pelosok tanah air. dan Wonogiri tetap harus tegar melanjutkan pembangunan berlandaskan semangat dan budaya bangsa
yang luhur itu. (Penulis adalah. Ketua Yayasan Daman diri, www.haryono.com)
Sumber :
Haryono Suyono, Harian Pelita 8 Februari 2010, dalam :
http://bataviase.co.id/node/87852
19 Juni 2010
Danyang Waranggana dari Wonogiri
DALAM sejarah, Wonogiri dikenal sebagai gudang para waranggana. Suara "kung" waranggana asal Ngadirojo, sebuah kota kecamatan kecil di selatan Wongiri, bahkan telah memikat telinga kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkunegara VII hingga memutuskan memilih salah seorang di antara mereka sebagai istri. Adipati juga membuka jalan bagi para waranggana untuk unjuk suara di istana.
Begitu kuatnya pengaruh waranggana di Wonogiri, muncul satu cerita mitos yang dipercaya masyarakat hingga kini. Ki Widodo Wilis, seorang dalang dari dukuh Sumbersari, Purwosari, Wonogiri, menuturkan, konon, sebatang pohon jati dari hutan Donoloyo yang hendak dihanyutkan menuju istana Mangkunegaran, mogok saat melintas sungai di perbatasan Wonogiri-Solo. "Setelah dinyanyikan oleh sinden, kayu itu baru mau kembali melanjutkan perjalanan," tuturnya.
Suara sinden begitu dihargai oleh masyarakat. Bahkan, cerita kayu jati dari Donoloyo itu mentasbihkan kekuatan magis suara sinden yang dipercaya masyarakat setempat.
Sosok waranggana paling legendaris dari tlatah Wonogiri barangkali belum dapat diambil dari sang pesinden yang berhasil memikat Adipati Mangkunegara. Tapi itu dulu, di masa sang adipati berkuasa sekitar tahun 1900-an. Pascameredupnya kerajaan Mangkunegaran, sinden-sinden istana pun mulai mencari penghidupannya sendiri.
Di era 1970-an, nama Karni Conto patut dipertimbangkan. Suaranya yang halus dan jernih membuat pesinden asal Bulukerto itu menjadi waranggana paling populer kala itu. Selain Karni, ada pula nama Karmiyati yang berasal dari Segawe, Purwosari.
Sepuluh tahun terakhir, kata Sugiyantini, pesinden yang juga adalah istri dari Ki Widodo Wilis, tidak ada nama-nama yang terlalu menonjol. Tapi bukan berarti tidak ada proses regenerasi. "Regenerasi tetap berjalan. Saat ini, tercatat ada sekitar 200 pesinden yang masih aktif di Wonogiri," ujar Yanti--panggilan akrab Sugiyantini, sembari menambahkan gudang waranggana terbesar berasal dari Girimarto, sebuah kecamatan di lereng Gunung Lawu.
Wonogiri, kata Yanti, sampai saat ini masih cukup kondusif bagi kelangsungan kesenian lokal. Dukungan pemerintah setempat, terutama sang bupati yang juga adalah seorang dalang, membuat kehidupan kesenian, termasuk para waranggana, masih dapat berdenyut hingga sekarang.
Meski masih kondusif, para pesinden saat ini sudah semakin bersikap pragmatis. Kebanyakan mereka tak lagi menguasai gending-gending lagu Jawa. Alasannya, nada-nada pentatonis yang dipersyaratkan dalam gending jawa sulit ditaklukkan. "Mereka lebih nyaman bernyanyi campursari dengan nada-nada diatonis," ujar Ki Widodo.
Selain tingkat kesulitan yang tinggi, para pesinden sekarang juga memilih menyanyikan campursari karena lebih banyak peminat. "Bahkan, banyak pesinden yang akhirnya menelurkan album campursari," tandasnya.
Sinden-sinden Wonogiri, kini telah berubah dan berkembang sesuai zamannya. Mereka kini tak lagi terpaku pada laku duduk bertimpuh semalaman di belakang dalang. Namun, suara jernih nan nyaring mereka akan tetap terdengar di penjuru Wonogiri, bahkan semakin meluas melalui kaset-kaset rekaman yang beredar di seantero negeri.
(Farodlilah/CN12)
Sumber:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/wanita/2010/04/30/886/Danyang-Waranggana-dari-Wonogiri
19 Juni 2010
Sejarah Watu Kosek, Wonogiri
Jika Anda pergi ke Wonogiri, akan ditemukan banyak sekali peninggalan terkait RM Said atau Pangeran Sambernyawa ataupun Mangkunegara I. Karena semangat pangeran itulah yang menjadi simbol dan semangat masyarakat Wonogiri, sehingga diketahui kapan berdirinya Kabupaten Wonogiri.
Berbagai peninggalan ditemukan di berbagai daerah di Wonogiri. Kecamatan Selogiri, merupakan daerah yang boleh dikata banyak ditemukan peninggalan tersebut. Salah satunya adalah Watu Kosek di Dusun Keloran, Desa Keloran, Kecamatan Selogiri, Wonogiri. Menurut Ketua Himpunan Kerabat Mangkunegaran Suryosumirat Cabang Selogiri, Mulyanto Skar, keberadaan Watu Kosek tidak bisa dilepaskan dari perjuangan RM Said.
Seperti namanya, Watu (batu) Kosek berarti batu tempat mengasah pusaka ataupun mata batin RM Said. Untuk melihat wujud Watu Kosek masyarakat masih bisa, karena dijadikan monumen oleh masyarakat setempat. Untuk ke lokasi, warga harus menempuh jarak sekitar 8 km arat barat laut atau sekitar 100 meter dari lokasi Sendang Sinangka. Konon, ujar Mulyanto yang kini sebagai pegawai di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (DKPPO) Wonogiri, di saat Pangeran Sambernyawa dikejar oleh tentara Belanda, karena berani memberontak, bersama pasukannya yang berjumlah 40 orang atau dikenal dengan sebutan Pasukan Kawan Dasa Jaya, berdiam di tempat tersebut.
Tempat itu oleh Pangeran Sambernyawa dinilai dari mata batin mempunyai aura tinggi. “Saat berhenti bersama pasukannya itu, Pangeran Sambernyawa melihat buah nangka. Karena lapar, buah itu akan dimakan bersama pasukannya. Tapi, keanehan terjadi. Saat akan dibelah dengan senjata apapun buah nangka itu tidak bisa. Akhirnya, Pangeran Sambernyawa dengan mata batinnya, menemukan batu yang bisa dipakai untuk mempertajam senjata.”
Akhirnya, senjata tersebut diasah di batu tersebut, sehingga semua senjata yang dibawa pasukannya berubah tajam. “Buah nangka yang tadinya susah dibelah, akhirnya mudah dibelah dengan senjata yang telah diasah atau di-kosek di batu tersebut. Atas kejadian itu, Pangeran Sambernyawa memberikan nama batu yang ada di sekitar sendang untuk mengasah senjata dengan nama Watu Kosek (batu tempat mengasah).”
Lebih lanjut Mulyanto menceritakan di tempat tersebut RM Said dan pasukannya berdiam diri agak lama, karena mendapatkan ketenangan hidup. Tempat tersebut, saat ini menjadi tempat berziarah di Wonogiri. bahkan, ujarnya, Waru Kosek juga dipercaya oleh masyarakat untuk mempertajam batin, sehingga bertambah tajam daya pikirannya.
Sumber:
http://www.solopos.com/, dalam:
http://arkeologi.web.id/articles/mitos-legenda-dan-tutur/1155-sejarah-watu-kosek-wonogiri
19 Juni 2010
Berbagai peninggalan ditemukan di berbagai daerah di Wonogiri. Kecamatan Selogiri, merupakan daerah yang boleh dikata banyak ditemukan peninggalan tersebut. Salah satunya adalah Watu Kosek di Dusun Keloran, Desa Keloran, Kecamatan Selogiri, Wonogiri. Menurut Ketua Himpunan Kerabat Mangkunegaran Suryosumirat Cabang Selogiri, Mulyanto Skar, keberadaan Watu Kosek tidak bisa dilepaskan dari perjuangan RM Said.
Seperti namanya, Watu (batu) Kosek berarti batu tempat mengasah pusaka ataupun mata batin RM Said. Untuk melihat wujud Watu Kosek masyarakat masih bisa, karena dijadikan monumen oleh masyarakat setempat. Untuk ke lokasi, warga harus menempuh jarak sekitar 8 km arat barat laut atau sekitar 100 meter dari lokasi Sendang Sinangka. Konon, ujar Mulyanto yang kini sebagai pegawai di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (DKPPO) Wonogiri, di saat Pangeran Sambernyawa dikejar oleh tentara Belanda, karena berani memberontak, bersama pasukannya yang berjumlah 40 orang atau dikenal dengan sebutan Pasukan Kawan Dasa Jaya, berdiam di tempat tersebut.
Tempat itu oleh Pangeran Sambernyawa dinilai dari mata batin mempunyai aura tinggi. “Saat berhenti bersama pasukannya itu, Pangeran Sambernyawa melihat buah nangka. Karena lapar, buah itu akan dimakan bersama pasukannya. Tapi, keanehan terjadi. Saat akan dibelah dengan senjata apapun buah nangka itu tidak bisa. Akhirnya, Pangeran Sambernyawa dengan mata batinnya, menemukan batu yang bisa dipakai untuk mempertajam senjata.”
Akhirnya, senjata tersebut diasah di batu tersebut, sehingga semua senjata yang dibawa pasukannya berubah tajam. “Buah nangka yang tadinya susah dibelah, akhirnya mudah dibelah dengan senjata yang telah diasah atau di-kosek di batu tersebut. Atas kejadian itu, Pangeran Sambernyawa memberikan nama batu yang ada di sekitar sendang untuk mengasah senjata dengan nama Watu Kosek (batu tempat mengasah).”
Lebih lanjut Mulyanto menceritakan di tempat tersebut RM Said dan pasukannya berdiam diri agak lama, karena mendapatkan ketenangan hidup. Tempat tersebut, saat ini menjadi tempat berziarah di Wonogiri. bahkan, ujarnya, Waru Kosek juga dipercaya oleh masyarakat untuk mempertajam batin, sehingga bertambah tajam daya pikirannya.
Sumber:
http://www.solopos.com/, dalam:
http://arkeologi.web.id/articles/mitos-legenda-dan-tutur/1155-sejarah-watu-kosek-wonogiri
19 Juni 2010
Wonogiri Terima Rp 43 Miliar Dana PNPM Mandiri
Wilayah Kabupaten Wonogiri pada 2010 ini menerima alokasi anggaran dari pemerintah pusat untuk Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan senilai Rp 43 miliar. Alokasi dana itu lebih besar dari tahun 2009 lalu yang hanya Rp 41 miliar.
Dana senilai Rp 43 miliar tersebut akan dialokasikan di 23 kecamatan dengan nilai sekitar Rp 2 miliar per kecamatan dengan kriteria pembagian berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk, dan jumlah rumah tangga miskin (RTM).
Dana bantuan yang bersifat stimulus itu diharapkan bisa terserap seluruhnya seperti yang terjadi pada 2009 lalu, di mana tingkat penyerapan dana PNPM mencapai 100 persen. Dana itu antara lain digunakan untuk proyek fisik (peningkatan infrastruktur) sebesar 75% dan pengelolaan keuangan (simpan pinjam untuk kelompok perempuan) sebesar 25%.
“Pelaksanaan PNPM di wilayah kami memang tergolong bagus dan telah mampu meningkatkan swadaya masyarakat pedesaan. Rata-rata tingkat swadaya masyarakat di tiap-tiap desa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah,” ungkap Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapermas) Wonogiri, Harmadi, sesuai memberikan pengarahan pada pembukaan rapat koordinasi (Rakor) fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan di Ruang Pertemuan Sekretariat Daerah (Setda) Wonogiri, Rabu (27/1).
Harmadi mengatakan, sejauh ini tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan tersebut. Bahkan beberapa kecamatan meraih prestasi di tingkat nasional maupun provinsi dalam pelaksanaan PNPM tersebut. Karena itulah, Harmadi mengatakan, pihaknya sangat siap menyambut kedatangan tim peninjau dari Bank Dunia, Sabtu (30/1)-Minggu (31/1) ini.
Fasilitator Bidang Keuangan Koordinator PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Wonogiri, Andreas Tri Handono, menjelaskan prestasi dimaksud adalah Juara I tingkat nasional dalam bidang entrepreneurship yang diraih Kecamatan Batuwarno pada 2008 lalu dan juara III tingkat Provinsi Jateng dalam pencapaian surplus tertinggi untuk simpan
pinjam kelompok perempuan yang diraih Kecamatan Jatiroto.
Sumber :
http://www.pnpm-mandiri.org/index.php?option=com_content&task=view&id=527&Itemid=119
19 Juni 2010
Dana senilai Rp 43 miliar tersebut akan dialokasikan di 23 kecamatan dengan nilai sekitar Rp 2 miliar per kecamatan dengan kriteria pembagian berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk, dan jumlah rumah tangga miskin (RTM).
Dana bantuan yang bersifat stimulus itu diharapkan bisa terserap seluruhnya seperti yang terjadi pada 2009 lalu, di mana tingkat penyerapan dana PNPM mencapai 100 persen. Dana itu antara lain digunakan untuk proyek fisik (peningkatan infrastruktur) sebesar 75% dan pengelolaan keuangan (simpan pinjam untuk kelompok perempuan) sebesar 25%.
“Pelaksanaan PNPM di wilayah kami memang tergolong bagus dan telah mampu meningkatkan swadaya masyarakat pedesaan. Rata-rata tingkat swadaya masyarakat di tiap-tiap desa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah,” ungkap Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapermas) Wonogiri, Harmadi, sesuai memberikan pengarahan pada pembukaan rapat koordinasi (Rakor) fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan di Ruang Pertemuan Sekretariat Daerah (Setda) Wonogiri, Rabu (27/1).
Harmadi mengatakan, sejauh ini tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan tersebut. Bahkan beberapa kecamatan meraih prestasi di tingkat nasional maupun provinsi dalam pelaksanaan PNPM tersebut. Karena itulah, Harmadi mengatakan, pihaknya sangat siap menyambut kedatangan tim peninjau dari Bank Dunia, Sabtu (30/1)-Minggu (31/1) ini.
Fasilitator Bidang Keuangan Koordinator PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Wonogiri, Andreas Tri Handono, menjelaskan prestasi dimaksud adalah Juara I tingkat nasional dalam bidang entrepreneurship yang diraih Kecamatan Batuwarno pada 2008 lalu dan juara III tingkat Provinsi Jateng dalam pencapaian surplus tertinggi untuk simpan
pinjam kelompok perempuan yang diraih Kecamatan Jatiroto.
Sumber :
http://www.pnpm-mandiri.org/index.php?option=com_content&task=view&id=527&Itemid=119
19 Juni 2010
Harimau Jawa Masih Ada di Wonogiri?
Harimau jawa (Panthera tigris sondaica) yang dianggap punah dilaporkan masih ada di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. "Harimau tersebut sudah jarang ditemukan, tetapi dari hasil keterangan warga di sekitar hutan Wonogiri masih ada," kata Asisten Perhutani (Asper) Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Wilayah Purwantoro, Kabupaten Wonogiri, Roby R, di Wonogiri, Selasa (9/2/2010).
Kucing besar itu diduga berada di kawasan hutan di bawah Perhutani BKPH Purwantoro seluas sekitar 4.800 hektar meliputi Kecamatan Kismantoro, Purwantoro, Slogoimo, dan Jatiroto. Menurut Roby, karena binatang itu tidak mengganggu kehidupan warga sekitar maka mereka tidak memburunya.
Adapun wilayah Perhutani di antaranya berupa hutan lindung yang masih memungkinkan dijadikan tempat tinggal harimau. Meski beberapa orang mengaku melihatnya, tetapi petugas Perhutani setempat yang memeriksa dan melaporkan rutin setiap tiga bulan tidak pernah menjumpai atau menyebutkan adanya harimau jawa.
"Petugas kami di lapangan hanya melaporkan hewan yang sering ditemui di hutan Wonogiri, antara lain kera, kijang, ayam hutan, dan burung betet. Tetapi mereka tidak pernah menemui harimau," katanya.
Dikatakan Roby, laporan resmi itu berbeda dengan cerita warga sekitar pertapaan Girimanik, Desa Kitren, Kecamatan Slogoimo, yang mengaku sering melihat harimau. "Harimau itu turun jika ada warga yang membuat api unggun di kawasan itu," katanya.
Asper BKPH Wonogiri Budi Rusmanto menjelaskan, petugas di lapangan tidak pernah melaporkan temuan harimau jawa karena mereka tidak pernah melihat secara langsung jenis binatang itu. Namun, katanya, pada tahun 2009 petugas mendapat informasi dari warga tentang seekor harimau relatif besar yang melintasi jalan di kawasan hutan setempat yang mereka sebut sebagai Alas Kethu, Kabupaten Wonogiri.
"Warga tidak tahu apakah itu macan tutul atau harimau jawa yang dikabarkan punah itu," katanya. Namun berdasar cerita warga, ia memperkirakan bahwa yang terlihat itu harimau jawa karena cirinya, antara lain, garis bulu berwarna kuning hitam.
Sejumlah warga sekitar Gunung Kotak, Kabupaten Wonogiri, menduga harimau jawa masih ada di kawasan perbatasan antara Wonogiri dan Ponorogo, Jawa Timur, itu.
Seorang warga RT 04 RW 05 Dukuh Growong, Desa Ngroto, Kecamatan Kismantoro, Wonogiri, Pomo (55), mengaku pernah melihat bekas telapak kaki harimau sebesar tangannya yang diduga jenis harimau jawa.
Warga setempat menyebut harimau jawa sebagai "macan gembong" yang memang merujuk pada harimau dan bukan macan. Informasi tentang kepunahan harimau jawa memang tampaknya masih simpang siur. Penelusuran di internet tentang kepunahan harimau jawa antara lain pada era 1980-an.
Masyarakat setempat, katanya, hingga saat ini masih yakin bahwa jenis harimau jawa itu masih ada di wilayahnya.
Sumber:
http://sains.kompas.com/read/2010/02/09/14302817/Harimau.Jawa.Masih.Ada.di.Wonogiri.
19 Juni 2010
Kerjasama Pengelolaan Museum Kars Wonogiri Ditandatangani
Setahun setelah peresmiannya, pada Rabu (2/6) lalu, kerjasama pengelolaan Museum Kars Wonogiri ditandatangani bersama oleh Badan Geologi Kementerian ESDM, Pemprov Jateng dan Pemkab Wonogiri. Naskah kerjasama tersebut ditandatangani oleh Danaryanto, Kepala Pusat Lingkungan Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM, Teguh Dwi Paryono, Kepala Dinas ESDM Jateng, dan Pranoto, Kepala Bappeda Wonogiri, serta turut disaksikan Kepala Badan Geologi, R.Sukhyar dan Kepala Bakorwil II Jateng Amat Antono.
“Keberadaan Museum Kars di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri dinilai merupakan museum terbesar dan terunik di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara,” ujar Kepala Badan Geologi , R.Sukhyar, dalam sambutannya.
Di Indonesia saat ini terdapat tiga Museum Kars. Namun, menurut R. Sukhyar, Museum Kars di Wonogiri inilah yang menggambarkan keseluruhan kondisi di Indonesia. “Dua museum lainnya lebih bermaterikan kondisi lokal,” ungkapnya.
R. Sukhyar menambahkan, Museum Kars Wonogiri sangat unik sehingga butuh kontribusi bersama untuk melestarikannya. Pembangunan museum ini bertujuan menyediakan informasi tentang kawasan kars untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, wisata edukatif, konservasi dan pemberdayaan masyarakat.
Museum Kars Wonogiri diresmikan 30 Juni 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Museum tersebut terletak di lembah perbukitan kars, pegunungan Sewu, Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Pembangunan museum yang memiliki luas bangunan 3000 m2 ini merupakan hasil kesepakatan bersama antara Badan Geologi, Departemen ESDM, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri.
Museum Kars Indonesia memiliki posisi strategis dan unik. Berada di jalur lintas selatan, museum ini dikelilingi beberapa situs gua dan luweng. Beberapa gua dan luweng tersebut adalah Gua Tembus, Gua Sodong, Gua Potro-Bunder, Luweng Sapen, Gua Gilap, Gua Mrica dan Gua Sonya Ruri. Gua Potro-Bunder mempunyai bentukan stalaktit dan stalakmit dengan kristal kalsit yang khas. Luweng Sapen merupakan gua vertikal dengan sungai bawah tanah di dasarnya yang telah diturap untuk memenuhi tiga dusun di desa Gebangharjo. (KO)
Sumber :
http://www.esdm.go.id/berita/geologi/42-geologi/3452-kerjasama-pengelolaan-museum-kars-wonogiri-ditandatangani.html
19 Juni 2010
Wisata Kabupaten Wonogiri
WADUK GAJAH MUNGKUR
Waduk Gajah Mungkur terletak kurang lebih 2,5 kilo meter arah selatan kota Wonogiri. Panorama alam yang asri, indah dan sejuk dengan fasilitas Rumah Makan Apung, Keramba, Hotel, Rumah Makan Special Ikan Bakar sangat tepat sebagai pelepas lelah dan tempat istiharat yang nyaman bagi keluarga.
Disetiap bulan-bulan tertentu di Obyek wisata Gajah Mungkur sering diadakan event-event wisata ritual dan olah raga antara lain :
- Bulan Muharam/Suro : Jamasan Pusaka Mangkunegaran
- Bulan Syawal : Syawalan ketupat, panggung hiburan dan pentas seni budaya Reog, Tari Kethek Ogleng, Campursari dan Orkes Dangdut.
PANTAI SEMBUKAN
Kabupaten Wonogiri merupakan satu-satunya Kabupaten/kota di wilayah Surakarta yang memiliki pantai.
Pantai Nampu dan Sembukan terletak di Kecamatan Paranggupito kurang lebih 40 Km arah selatan Kota Wonogiri.
Pantai Sembukan terkenal sebagai pantai ritual yang ramai dikunjungi orang untuk bermeditasi dan ngalab berkah.
Pantai Nampu sangat elok dan alami dengan hamparan pasir putih dan pantai yang sangat panjang cocok untuk rekreasi keluarga dengan minuman kas air kelapa muda. Disamping pantai Nampu juga tidak kalah eloknya adalah pantai sembukan yang jaraknya dari Kantor Kecamatan Parnggupito kurang lebih berjarak 3,5 km, juga pada waktu-waktu tertentu diadakan acara larung yang juga dilanjutkan dengan acara wayangan. Jika ingin berwisata di pantai sembukan jangan lupa membawa kail karena disana banyak orang yang mengail mencari ikan sambil menikmati indahnya pemandangan alam laut yang menawan.
PANTAI NAMPU
Kabupaten Wonogiri merupakan satu-satunya kabupaten/kota di wilayah Surakarta yang memiliki pantai.
Pantai Nampu dan Sembukan terletak di Kecamatan Paranggupito kurang lebih 40 Km arah selatan Kota Wonogiri.
Pantai Sembukan terkenal sebagai pantai ritual yang ramai dikunjungi orang untuk bermeditasi dan ngalab berkah.
Pantai Nampu sangat elok dan alami dengan hamparan pasir putih dan pantai yang sangat panjang cocok untuk rekreasi keluarga dengan minuman kas air kelapa muda
KHAYANGAN
Wonogiri kaya akan wisata ritual, karena menurut sejarahnya wonogiri didirikan oleh RM. Said (Pangeran Sambernyowo/Mangkunegoro I)
Salah satu petilasan RM.Said adalah Dlepih/Khayangan yang terletak di Kecamatan Tirtomoyo kurang lebih 25 Km arak ke selatan Kota Wonogiri, sebagai wisata ritual banyak dikunjungi orang untuk meditasi dan ngalab berkah pada malam Selasa Kliwon dan Jum’at Kliwon.
Wisata Ritual lainnya adalah :
- Pemakaman Gunung Giri
- Tempat Pusaka Mangkunegaran
- Sendang Siwani
Banyak keindahan alam yang dimiliki Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri. Selain terkenal dengan wisata spiritual Kahyangan, berbagai potensi ekonomi banyak ditemukan di kecamatan ini. Kecamatan Tirtomoyo menjadi salah satu wilayah berpotensi di Wonogiri. Keadaan alam yang dikelilingi bukit tersebut seakan-akan terbelah menjadi dua. Hal ini karena di tengah-tengah wilayah seluas 9. 301.08 hektare (ha) itu mengalir Sungai Wiroko. Sungai terbesar di daerah tersebut dan menjadi sungai penghidupan masyarakat. Potensi kerajinan yang cukup banyak di wilayah ini menjadi salah satu potensi yang perlu digarap. Keberadaan obyek wisata spiritual Kahyangan, menambah kekayaan potensi di kecamatan ini. Lokasi tersebut selalu disinggahi oleh petinggi daerah dan setiap Bulan Sura digelar wayang kulit semalam suntuk. Guna menarik wisatawan, pengelola obyek wisata di Bulan Sura membuat obor sepanjang jalan masuk.
Menurut penuturan beberapa warga stempat, lokasi wisata Kahyangan merupakan tempat bertapa Panembahan Senapati, salah satu leluhur Kerajaan Mataram. Bahkan, menurut kepercayaan masyarakat, air di lokasi tersebut membawa berkah dan menjadi sumber kecantikan atau awet muda saat dibasuhkan ke muka. Lokasi wisata tersebut, boleh dibilang belum optimal difungsikan. Belum banyak wisatawan yang mampir ke lokasi tersebut. Bagi masyarakat sekitar Surakarta, Kahyangan sudah sangat terkenal. Untuk mendukung promosi, pihak Dinas Perhubungan, Pariwisata, Seni dan Budaya (DPPSB) setempat telah membuat papan penunjuk lokasi tersebut. Selain itu, leaflet yang dicetak oleh DPPSB, lokasi wisata Kahyangan juga termasuk salah satu obyek wisata andalan Wonogiri. Menurut rencana, tujuh desa di daerah selatan Sungai Wiroko akan dikembangkan menjadi daerah sentra tanaman perkebunan dan buah-buahan. Tujuh desa itu adalah desa Sukoharjo, Dlepih, Wiroko, Hargosari, Hargorejo dan Genengharjo serta Girirejo. Tarjo berharap jika masyarakat sudah mengubah pola tanam, maka tanamannya tidak melulu palawija. ”Wisatawan yang datang bisa langsung membawa oleh-oleh buah-buahan, seperti daerah wisata daerah lain.” Menuju lokasi Kahyangan tidak terlalu sulit.
Jalur transportasi pedesaan sudah berjalan dan di Tirtomoyo juga terdapat angkutan umum pada malam hari.Potensi lain yang cukup mengangkat daerah Tirtomoyo menjadi daerah subur adalah industri batik tulis dan industri genteng di sekitar Sungai Wiroko. Dua industri tersebut, mampu mengurangi angka pengangguran. Untuk industri rumah tangga, batik tulis Wonogiren menyerap tenaga kerja mencapai 250 orang, sedangkan industri genteng sekitar 200-an tenaga. Industri batik tulis, di daerah Ngarjosari hingga saat ini masih dilestarikan karena turun temurun.
HUTAN KETHU
Obyek Wisata Alas Kethu terletak ditengah-tengah jantung Kota Wonogiri dengan panorama hutan jati, mahoni dan kayu putih seluas kurang lebih 40 Ha sebagai Rencana Pengembangan Wisata Pelangi Dunia.
Alas Kethu sangat cocok untuk shoting pembuatan film dan sinetron laga, karena dekat dengan keraton Surakarta dan Mangkunegaran.
AIR TERJUN SETREN
Air Terjun Setren merupakan obyek wisata pilihan yang tidak kalah menariknya dengan Air Terjun Tawangmangu, terletak di Kecamatan Slogohimo kurang lebih 30 Km arah timur Kota Wonogiri menuju Ponorogo (Jawa Timur). Pemandangan yang masih alami dengan panorama perbukitan dan air terjun, agrowisata sangat tepat untuk wisata kalangan muda-mudi dan para pecinta alam.
Kecamatan Slogohimo merupakan salah satu kecamatan andalan penghasil pendapatan asli daerah (PAD) Wonogiri. Apalagi jika ditilik dari letak geografis, maka wilayah Slogohimo menjadi daerah persimpangan yang cukup ramai. Jika ke timur, akan menuju wilayah Kecamatan Purwantoro yang menjadi daerah perbatasan dengan wilayah Jawa Timur, sementara jika ke selatan akan menembus wilayah Jawa Timur pula.
Potensi alam pegunungan menjadi salah satu sumber penghasil devisa domestik, yakni air terjun Girimanik yang berada di Desa Setren. Daerah ini bisa dikatakan menyerupai daerah Tawangmangu, Karanganyar, cuma daerah Setren belum begitu dikenal oleh masyarakat luas.
Namun jika ditilik dari kondisi alam, keindahan dan kesejukannya sama dengan wilayah Tawangmangu yang dingin. Oleh karena itu, sejak tahun 2000, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri mencoba mengembangkan wisata alam pegunungan air terjun Girimanik.
Camat Slogohimo, Soemarjo, mengatakan kekayaan alam pegunungan menjadi salah satu andalan daerah Slogohimo. Bahkan, Pemkab Wonogiri juga menaruh harapan besar dari daerah pegunungan Girimanik.
Alasannya, daerah pegunungan Girimanik jika dikembangkan secara maksimal akan mampu menghasilkan pendapatan asli daerah. Di pegunungan Girimanik juga terdapat wisata spiritual, sehingga di wilayah Wonogiri wisata spiritual bisa dijumpai di Kecamatan Tirtomoyo, Paranggupito dan Slogohimo. “Girimanik menyimpan potensi pariwisata yang bisa menjadi andalan Kabupaten Wonogiri untuk pemasukan PAD,” jelasnya.
Di wisata alam Girimanik terdapat tiga air terjun, yakni air terjun Manikmoyo, air terjun Condromoyo, dan air terjun Tejomoyo. Daya tarik fisik berupa pemandangan alam pegunungan yang asri dan alami, menjadikan air terjun tersebut bisa jadi andalan pengembangan pariwisata. “Karena dilengkapi dengan Sendang Drajat dan Sendang Kanastren sehingga menjadi daya tarik tersendiri.”
Setiap tahun, di Setren dilangsungkan upacara adat susuk wangan, yakni upacara syukur dari warga Setren atas hasil bumi yang diraih. Saat upacara susuk wangan itu, pengunjung wisata bisa melihat ratusan ayam panggang yang dipersembahkan oleh para petani kepada Sang Khalik.
“Pemkab Wonogiri telah membangun jalan sepanjang 12 km, namun saat ini terkendala nota kesepahaman atau MoU antara perum Perhutani dengan Pemkab Wonogiri,” urainya.
Setiap liburan, pengunjung wisata Girimanik sudah cukup banyak. “Sementara pengelolaan ditangani pihak desa, sehingga pemasukan yang ada untuk kas desa.”
Selain itu, hutan Donoloyo yang ditumbuhi pohon jati ukuran besar menjadi salah satu potensi yang dikembangkan oleh Kecamatan Slogohimo. “Hutan tersebut merupakan petilasan zaman Kerajaan Majapahit dan setiap Kamis malam dipadati pengunjung. Bahkan saka (tiang) bangunan Keraton Solo berasal dari kayu jati Donoloyo.”
Wilayah Kecamatan Slogohimo dikenal oleh masyarakat sebagai penghasil buah durian. Durian dari Slogohimo sering dikirim ke Jakarta atau kota-kota besar lain. Terlebih buah durian dari Slogohimo memiliki kekhasan, yakni enak.
Buah durian sangat potensial dan cocok dikembangkan di wilayah Slogohimo.”Utamanya di daerah utara, masyarakat sangat banyak menanam pohon durian. Pohon durian berkembang di empat desa dengan tidak kurang 10.000-an batang ditanam oleh masyarakat,” jelasnya.
Empat desa sentral durian adalah Desa Slogohimo, Sedaya, Gunan, dan Sokoboyo.
Untuk menunjang agrobisnis, di Desa Setren juga akan dikembangkan tanaman durian. Dinas Pertanian Wonogiri telah memberikan bantuan sebanyak 400 batang bibit durian untuk dikembangkan di Setren. Selain itu, guna menunjang wisata alam dan wisata agrobisnis, masyarakat juga mulai menanam dan mengembangkan tanaman stroberi dan nilam (dilem).
Tanaman stroberi, saat ini dikembangkan oleh anggota Kelompok Tani Girimanik. ”Lahan di Girimanik memang sejuk sehingga cocok untuk dikembangkan tanaman stroberi. Sebanyak 400 batang telah dikelola Kelomtan Girimanik dengan luas lahan satu hektare. Tanaman itu dikembangkan dan dikelola oleh 10 kepala keluarga.”
Yang cukup menggembirakan justru tanaman nilam atau dilem. Tanaman untuk bahan kosmetik ini cukup produktif dan mampu membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tanaman nilam sementara ini dikembangkan di empat desa dengan rata-rata pohon sebanyak 5.000 hingga 10.000 batang.
Di Desa Made dan Soco dikembangkan masing-masing 10.000 batang di lahan seluas satu hektare. Desa Klunggen mengembangkan 5.000 batang di lahan setengah hektare dan Desa Bulusari mengembangkan 11.000 batang di lahan seluas 1,1 ha. Prosesnya, tanaman yang sudah dewasa dikeringkan dan disuling. Hasil penyulingan tahun ini dihasilkan 8 kuintal bahan atau 23 kg minyak. Harga per 1 kg minyak nilam antara Rp 250.000 hingga Rp 300.000. ”Untuk pemasaran tidak kesulitan, sebab saat panen sudah ada yang menunggu. Inovasi-inovasi masyarakat itu ternyata mampu menanggulangi angka pengangguran dan kemiskinan. Dan untuk tanaman Nilam memang sangat menjanjikan.”
Selain di bidang agrobisnis, masyarakat Slogohimo juga berkecimpung dalam home industry. Di antara home industry yang sudah berkembang dan menyerap tenaga kerja adalah rotan dan jamu instan.
Untuk kerajinan rotan, pemasaran hasilnya bisa ke berbagai negara karena sistem yang dilakukan oleh pengrajin adalah menyelesaikan pesanan. Kerajinan rotan ini dikembangkan oleh 20 KK dan menjadi penghasilan oleh masyarakat Desa Tunggur. Sementara untuk kerajinan jamu instan dikembangkan di Desa Slogohimo. ”Bahan yang dimanfaatkan pengrajin dari empon-empon baik itu kunir, jahe, temulawak dan mahkota dewa. Jamu instan ini selalu ikut pameran dan sudah dijajakan di seluruh wilayah Wonogiri.”
Data Kecamatan Slogohimo
Batas wilayah:
Barat : Jatisrono
Timur : Purwantoro
Utara : Karanganyar dan Jatipurno
Selatan : Kismantoro dan Jatiroto.
Camat : Soemarjo
Luas : 6.414,7955 hektare
Jumlah desa/kelurahan : 17 buah
Jumlah penduduk : 53.014 orang
Jumlah KK : 11.106 KK
Jumlah laki-laki : 26.638 orang
Jumlah perempuan : 26.376 orang
Sumber: Kecamatan Slogohimo. - Trianto Hery Suryono
Luas panen rata-rata produksi tanaman pertanian
No. Jenis tanaman luas panen (ha) Produksi (kuintal)
1. Padi sawah 2.467 139.880
2. Jagung 3.699 169.710
3. Ubi kayu 2.710 328.590
4. Kacang tanah 1.546 15.955
Tanaman yang produktif dan produksi buah-buahan
No. Jenis buah jumlah tanaman produksi (kuintal)
1. Alpukat 695 141
2. Mangga 78.427 25.600
3. Rambutan 58.358 6.400
4. Sirsak 3.149 945
5. Durian 10.942 19.621
6. Melinjo 51.729 6.709
7. Jambu biji 1.617 404
8. Sawo 1.059 212
9. Pepaya 2.315 850
10. Pisang 30.572 5.789
Sumber: Wonogiri dalam Angka. - Trianto Hery Suryono
Sumber :
http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=4627&Itemid=1475
19 Juni 2010
Waduk Gajah Mungkur terletak kurang lebih 2,5 kilo meter arah selatan kota Wonogiri. Panorama alam yang asri, indah dan sejuk dengan fasilitas Rumah Makan Apung, Keramba, Hotel, Rumah Makan Special Ikan Bakar sangat tepat sebagai pelepas lelah dan tempat istiharat yang nyaman bagi keluarga.
Disetiap bulan-bulan tertentu di Obyek wisata Gajah Mungkur sering diadakan event-event wisata ritual dan olah raga antara lain :
- Bulan Muharam/Suro : Jamasan Pusaka Mangkunegaran
- Bulan Syawal : Syawalan ketupat, panggung hiburan dan pentas seni budaya Reog, Tari Kethek Ogleng, Campursari dan Orkes Dangdut.
PANTAI SEMBUKAN
Kabupaten Wonogiri merupakan satu-satunya Kabupaten/kota di wilayah Surakarta yang memiliki pantai.
Pantai Nampu dan Sembukan terletak di Kecamatan Paranggupito kurang lebih 40 Km arah selatan Kota Wonogiri.
Pantai Sembukan terkenal sebagai pantai ritual yang ramai dikunjungi orang untuk bermeditasi dan ngalab berkah.
Pantai Nampu sangat elok dan alami dengan hamparan pasir putih dan pantai yang sangat panjang cocok untuk rekreasi keluarga dengan minuman kas air kelapa muda. Disamping pantai Nampu juga tidak kalah eloknya adalah pantai sembukan yang jaraknya dari Kantor Kecamatan Parnggupito kurang lebih berjarak 3,5 km, juga pada waktu-waktu tertentu diadakan acara larung yang juga dilanjutkan dengan acara wayangan. Jika ingin berwisata di pantai sembukan jangan lupa membawa kail karena disana banyak orang yang mengail mencari ikan sambil menikmati indahnya pemandangan alam laut yang menawan.
PANTAI NAMPU
Kabupaten Wonogiri merupakan satu-satunya kabupaten/kota di wilayah Surakarta yang memiliki pantai.
Pantai Nampu dan Sembukan terletak di Kecamatan Paranggupito kurang lebih 40 Km arah selatan Kota Wonogiri.
Pantai Sembukan terkenal sebagai pantai ritual yang ramai dikunjungi orang untuk bermeditasi dan ngalab berkah.
Pantai Nampu sangat elok dan alami dengan hamparan pasir putih dan pantai yang sangat panjang cocok untuk rekreasi keluarga dengan minuman kas air kelapa muda
KHAYANGAN
Wonogiri kaya akan wisata ritual, karena menurut sejarahnya wonogiri didirikan oleh RM. Said (Pangeran Sambernyowo/Mangkunegoro I)
Salah satu petilasan RM.Said adalah Dlepih/Khayangan yang terletak di Kecamatan Tirtomoyo kurang lebih 25 Km arak ke selatan Kota Wonogiri, sebagai wisata ritual banyak dikunjungi orang untuk meditasi dan ngalab berkah pada malam Selasa Kliwon dan Jum’at Kliwon.
Wisata Ritual lainnya adalah :
- Pemakaman Gunung Giri
- Tempat Pusaka Mangkunegaran
- Sendang Siwani
Banyak keindahan alam yang dimiliki Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri. Selain terkenal dengan wisata spiritual Kahyangan, berbagai potensi ekonomi banyak ditemukan di kecamatan ini. Kecamatan Tirtomoyo menjadi salah satu wilayah berpotensi di Wonogiri. Keadaan alam yang dikelilingi bukit tersebut seakan-akan terbelah menjadi dua. Hal ini karena di tengah-tengah wilayah seluas 9. 301.08 hektare (ha) itu mengalir Sungai Wiroko. Sungai terbesar di daerah tersebut dan menjadi sungai penghidupan masyarakat. Potensi kerajinan yang cukup banyak di wilayah ini menjadi salah satu potensi yang perlu digarap. Keberadaan obyek wisata spiritual Kahyangan, menambah kekayaan potensi di kecamatan ini. Lokasi tersebut selalu disinggahi oleh petinggi daerah dan setiap Bulan Sura digelar wayang kulit semalam suntuk. Guna menarik wisatawan, pengelola obyek wisata di Bulan Sura membuat obor sepanjang jalan masuk.
Menurut penuturan beberapa warga stempat, lokasi wisata Kahyangan merupakan tempat bertapa Panembahan Senapati, salah satu leluhur Kerajaan Mataram. Bahkan, menurut kepercayaan masyarakat, air di lokasi tersebut membawa berkah dan menjadi sumber kecantikan atau awet muda saat dibasuhkan ke muka. Lokasi wisata tersebut, boleh dibilang belum optimal difungsikan. Belum banyak wisatawan yang mampir ke lokasi tersebut. Bagi masyarakat sekitar Surakarta, Kahyangan sudah sangat terkenal. Untuk mendukung promosi, pihak Dinas Perhubungan, Pariwisata, Seni dan Budaya (DPPSB) setempat telah membuat papan penunjuk lokasi tersebut. Selain itu, leaflet yang dicetak oleh DPPSB, lokasi wisata Kahyangan juga termasuk salah satu obyek wisata andalan Wonogiri. Menurut rencana, tujuh desa di daerah selatan Sungai Wiroko akan dikembangkan menjadi daerah sentra tanaman perkebunan dan buah-buahan. Tujuh desa itu adalah desa Sukoharjo, Dlepih, Wiroko, Hargosari, Hargorejo dan Genengharjo serta Girirejo. Tarjo berharap jika masyarakat sudah mengubah pola tanam, maka tanamannya tidak melulu palawija. ”Wisatawan yang datang bisa langsung membawa oleh-oleh buah-buahan, seperti daerah wisata daerah lain.” Menuju lokasi Kahyangan tidak terlalu sulit.
Jalur transportasi pedesaan sudah berjalan dan di Tirtomoyo juga terdapat angkutan umum pada malam hari.Potensi lain yang cukup mengangkat daerah Tirtomoyo menjadi daerah subur adalah industri batik tulis dan industri genteng di sekitar Sungai Wiroko. Dua industri tersebut, mampu mengurangi angka pengangguran. Untuk industri rumah tangga, batik tulis Wonogiren menyerap tenaga kerja mencapai 250 orang, sedangkan industri genteng sekitar 200-an tenaga. Industri batik tulis, di daerah Ngarjosari hingga saat ini masih dilestarikan karena turun temurun.
HUTAN KETHU
Obyek Wisata Alas Kethu terletak ditengah-tengah jantung Kota Wonogiri dengan panorama hutan jati, mahoni dan kayu putih seluas kurang lebih 40 Ha sebagai Rencana Pengembangan Wisata Pelangi Dunia.
Alas Kethu sangat cocok untuk shoting pembuatan film dan sinetron laga, karena dekat dengan keraton Surakarta dan Mangkunegaran.
AIR TERJUN SETREN
Air Terjun Setren merupakan obyek wisata pilihan yang tidak kalah menariknya dengan Air Terjun Tawangmangu, terletak di Kecamatan Slogohimo kurang lebih 30 Km arah timur Kota Wonogiri menuju Ponorogo (Jawa Timur). Pemandangan yang masih alami dengan panorama perbukitan dan air terjun, agrowisata sangat tepat untuk wisata kalangan muda-mudi dan para pecinta alam.
Kecamatan Slogohimo merupakan salah satu kecamatan andalan penghasil pendapatan asli daerah (PAD) Wonogiri. Apalagi jika ditilik dari letak geografis, maka wilayah Slogohimo menjadi daerah persimpangan yang cukup ramai. Jika ke timur, akan menuju wilayah Kecamatan Purwantoro yang menjadi daerah perbatasan dengan wilayah Jawa Timur, sementara jika ke selatan akan menembus wilayah Jawa Timur pula.
Potensi alam pegunungan menjadi salah satu sumber penghasil devisa domestik, yakni air terjun Girimanik yang berada di Desa Setren. Daerah ini bisa dikatakan menyerupai daerah Tawangmangu, Karanganyar, cuma daerah Setren belum begitu dikenal oleh masyarakat luas.
Namun jika ditilik dari kondisi alam, keindahan dan kesejukannya sama dengan wilayah Tawangmangu yang dingin. Oleh karena itu, sejak tahun 2000, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri mencoba mengembangkan wisata alam pegunungan air terjun Girimanik.
Camat Slogohimo, Soemarjo, mengatakan kekayaan alam pegunungan menjadi salah satu andalan daerah Slogohimo. Bahkan, Pemkab Wonogiri juga menaruh harapan besar dari daerah pegunungan Girimanik.
Alasannya, daerah pegunungan Girimanik jika dikembangkan secara maksimal akan mampu menghasilkan pendapatan asli daerah. Di pegunungan Girimanik juga terdapat wisata spiritual, sehingga di wilayah Wonogiri wisata spiritual bisa dijumpai di Kecamatan Tirtomoyo, Paranggupito dan Slogohimo. “Girimanik menyimpan potensi pariwisata yang bisa menjadi andalan Kabupaten Wonogiri untuk pemasukan PAD,” jelasnya.
Di wisata alam Girimanik terdapat tiga air terjun, yakni air terjun Manikmoyo, air terjun Condromoyo, dan air terjun Tejomoyo. Daya tarik fisik berupa pemandangan alam pegunungan yang asri dan alami, menjadikan air terjun tersebut bisa jadi andalan pengembangan pariwisata. “Karena dilengkapi dengan Sendang Drajat dan Sendang Kanastren sehingga menjadi daya tarik tersendiri.”
Setiap tahun, di Setren dilangsungkan upacara adat susuk wangan, yakni upacara syukur dari warga Setren atas hasil bumi yang diraih. Saat upacara susuk wangan itu, pengunjung wisata bisa melihat ratusan ayam panggang yang dipersembahkan oleh para petani kepada Sang Khalik.
“Pemkab Wonogiri telah membangun jalan sepanjang 12 km, namun saat ini terkendala nota kesepahaman atau MoU antara perum Perhutani dengan Pemkab Wonogiri,” urainya.
Setiap liburan, pengunjung wisata Girimanik sudah cukup banyak. “Sementara pengelolaan ditangani pihak desa, sehingga pemasukan yang ada untuk kas desa.”
Selain itu, hutan Donoloyo yang ditumbuhi pohon jati ukuran besar menjadi salah satu potensi yang dikembangkan oleh Kecamatan Slogohimo. “Hutan tersebut merupakan petilasan zaman Kerajaan Majapahit dan setiap Kamis malam dipadati pengunjung. Bahkan saka (tiang) bangunan Keraton Solo berasal dari kayu jati Donoloyo.”
Wilayah Kecamatan Slogohimo dikenal oleh masyarakat sebagai penghasil buah durian. Durian dari Slogohimo sering dikirim ke Jakarta atau kota-kota besar lain. Terlebih buah durian dari Slogohimo memiliki kekhasan, yakni enak.
Buah durian sangat potensial dan cocok dikembangkan di wilayah Slogohimo.”Utamanya di daerah utara, masyarakat sangat banyak menanam pohon durian. Pohon durian berkembang di empat desa dengan tidak kurang 10.000-an batang ditanam oleh masyarakat,” jelasnya.
Empat desa sentral durian adalah Desa Slogohimo, Sedaya, Gunan, dan Sokoboyo.
Untuk menunjang agrobisnis, di Desa Setren juga akan dikembangkan tanaman durian. Dinas Pertanian Wonogiri telah memberikan bantuan sebanyak 400 batang bibit durian untuk dikembangkan di Setren. Selain itu, guna menunjang wisata alam dan wisata agrobisnis, masyarakat juga mulai menanam dan mengembangkan tanaman stroberi dan nilam (dilem).
Tanaman stroberi, saat ini dikembangkan oleh anggota Kelompok Tani Girimanik. ”Lahan di Girimanik memang sejuk sehingga cocok untuk dikembangkan tanaman stroberi. Sebanyak 400 batang telah dikelola Kelomtan Girimanik dengan luas lahan satu hektare. Tanaman itu dikembangkan dan dikelola oleh 10 kepala keluarga.”
Yang cukup menggembirakan justru tanaman nilam atau dilem. Tanaman untuk bahan kosmetik ini cukup produktif dan mampu membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tanaman nilam sementara ini dikembangkan di empat desa dengan rata-rata pohon sebanyak 5.000 hingga 10.000 batang.
Di Desa Made dan Soco dikembangkan masing-masing 10.000 batang di lahan seluas satu hektare. Desa Klunggen mengembangkan 5.000 batang di lahan setengah hektare dan Desa Bulusari mengembangkan 11.000 batang di lahan seluas 1,1 ha. Prosesnya, tanaman yang sudah dewasa dikeringkan dan disuling. Hasil penyulingan tahun ini dihasilkan 8 kuintal bahan atau 23 kg minyak. Harga per 1 kg minyak nilam antara Rp 250.000 hingga Rp 300.000. ”Untuk pemasaran tidak kesulitan, sebab saat panen sudah ada yang menunggu. Inovasi-inovasi masyarakat itu ternyata mampu menanggulangi angka pengangguran dan kemiskinan. Dan untuk tanaman Nilam memang sangat menjanjikan.”
Selain di bidang agrobisnis, masyarakat Slogohimo juga berkecimpung dalam home industry. Di antara home industry yang sudah berkembang dan menyerap tenaga kerja adalah rotan dan jamu instan.
Untuk kerajinan rotan, pemasaran hasilnya bisa ke berbagai negara karena sistem yang dilakukan oleh pengrajin adalah menyelesaikan pesanan. Kerajinan rotan ini dikembangkan oleh 20 KK dan menjadi penghasilan oleh masyarakat Desa Tunggur. Sementara untuk kerajinan jamu instan dikembangkan di Desa Slogohimo. ”Bahan yang dimanfaatkan pengrajin dari empon-empon baik itu kunir, jahe, temulawak dan mahkota dewa. Jamu instan ini selalu ikut pameran dan sudah dijajakan di seluruh wilayah Wonogiri.”
Data Kecamatan Slogohimo
Batas wilayah:
Barat : Jatisrono
Timur : Purwantoro
Utara : Karanganyar dan Jatipurno
Selatan : Kismantoro dan Jatiroto.
Camat : Soemarjo
Luas : 6.414,7955 hektare
Jumlah desa/kelurahan : 17 buah
Jumlah penduduk : 53.014 orang
Jumlah KK : 11.106 KK
Jumlah laki-laki : 26.638 orang
Jumlah perempuan : 26.376 orang
Sumber: Kecamatan Slogohimo. - Trianto Hery Suryono
Luas panen rata-rata produksi tanaman pertanian
No. Jenis tanaman luas panen (ha) Produksi (kuintal)
1. Padi sawah 2.467 139.880
2. Jagung 3.699 169.710
3. Ubi kayu 2.710 328.590
4. Kacang tanah 1.546 15.955
Tanaman yang produktif dan produksi buah-buahan
No. Jenis buah jumlah tanaman produksi (kuintal)
1. Alpukat 695 141
2. Mangga 78.427 25.600
3. Rambutan 58.358 6.400
4. Sirsak 3.149 945
5. Durian 10.942 19.621
6. Melinjo 51.729 6.709
7. Jambu biji 1.617 404
8. Sawo 1.059 212
9. Pepaya 2.315 850
10. Pisang 30.572 5.789
Sumber: Wonogiri dalam Angka. - Trianto Hery Suryono
Sumber :
http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=4627&Itemid=1475
19 Juni 2010
Langganan:
Postingan (Atom)